Berita
Local

Mendorong Jurnalis untuk Membangun Narasi yang Ramah tentang Migrasi

Migrasi adalah fenomena multifaset, meliputi perpindahan paksa dan sukarela di tingkat nasional dan internasional. Dalam skala global, migrasi berpotensi memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan para migran dan komunitas sekitar, baik di negara asal maupun negara tujuan.

Tidak diragukan lagi, media telah berkontribusi dalam menyusun visi bersama seputar migrasi. Namun, banyak potret migrasi di media yang ditampilkan secara parsial dan tidak akurat tanpa mempertimbangkan kompleksitas permasalahan yang sebenarnya atau menyoroti aspek positif dari keragaman dan kontribusi ekonomi yang dibawa oleh para migran. Akibatnya, migran sering dianggap negatif sebagai individu putus asa yang melarikan diri dari kemiskinan atau konflik, melakukan tindakan kriminal dan terorisme, atau menyebarkan penyakit. Stigmatisasi tersebut tidak hanya memfasilitasi tindakan rasis tetapi juga melanggengkan tindakan represif terhadap para migran.

Dengan latar belakang ini, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), bekerja sama dengan Aliansi Jurnalis Kemerdekaan (AJI), menyelenggarakan serangkaian pertemuan editor dan lokakarya media untuk jurnalis yang bertujuan mengubah narasi seputar migrasi. Lokakarya berlangsung antara Mei-Juni 2023 di delapan kota: Batam, Jakarta, Kupang, Makassar, Medan, Pekanbaru, Surabaya, dan Tanjung Pinang; dan diikuti oleh lebih dari 200 wartawan.

Koordinator Program Senior IOM Indonesia, Joshua Thomas Hart, menyoroti peran media dalam membentuk persepsi publik tentang masalah migrasi dalam sambutannya pada lokakarya terakhir di Jakarta, 22 juni 2023. “Saya ingin mengakui peran penting media dalam menggambarkan isu migrasi, khususnya pengungsi. Di mana pun di dunia, media seringkali menjadi sumber informasi utama dan satu-satunya terkait isu ini. Jika isu ini tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan kesalahpahaman, diskriminasi, dan polarisasi terhadap isu migran”.

“Melalui lokakarya ini, kami ingin mengajak para profesional media untuk melawan misinformasi dan misrepresentasi tentang pengungsi dan pencari suaka. Saya harap kita akan membaca lebih banyak berita yang membantu publik melihat gambaran migrasi secara keseluruhan dan lebih memahami kontribusi positif yang dibawa oleh para migran dan pengungsi,” tambahnya.

Dalam acara penutupan, Ann Maymann, Perwakilan UNHCR di Indonesia, mengakui kontribusi media dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pengungsi. “Terima kasih telah menggunakan karya jurnalis Anda untuk menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia yang terpaksa melarikan diri dari perang, kekerasan, atau penganiayaan. Dengan melakukan itu, Anda telah mengakui penderitaan dan pengalaman hidup mereka, sekaligus menghormati keberanian, harapan, dan kontribusi mereka kepada negara tuan rumah. Media dapat membantu dengan meningkatkan kesadaran bahwa kita semua dapat berkomitmen memberikan lebih banyak harapan, peluang, dan solusi bagi para pengungsi saat mereka berada jauh dari rumah,” ujar Ann saat mengajak para jurnalis untuk memperingati Hari Pengungsi Sedunia yang diperingati pada 20 Juni setiap tahun.

Acara tersebut telah membawa perspektif baru bagi para jurnalis dan menginspirasi mereka untuk menulis cerita migran dari sudut pandang berbeda. “Lokakarya ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan terkait isu-isu migran. Wartawan bisa mengeksplorasi banyak sisi para migran,” ujar Nuraini, Wartawan dari Harian Haluan Riau.

“Lokakarya media ini memperkenalkan beberapa istilah yang terkadang tumpang tindih digunakan, seperti migran, pencari suaka, dan pengungsi. Selain itu, workshop ini juga memperkaya dan mendorong jurnalis seperti saya untuk menulis narasi yang lebih berempati kepada migran, termasuk menghindari istilah-istilah seperti migran ilegal dan lebih memilih migran tidak teratur,” ujar Alvin Qobulsyah, Jurnalis SEA Today.

Rangkaian acara ini diselenggarakan di bawah program Refugee Care and Assistance. Melalui program ini, IOM bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan bagi para migran, khususnya pengungsi dan pencari suaka yang transit di Indonesia. Rangkaian acara ini diharapkan dapat berkontribusi untuk menghilangkan stigma negatif terhadap pengungsi dan migran lainnya serta meningkatkan integrasi mereka ke dalam komunitas tuan rumah.