-
Siapa Kami
Siapa KamiOrganisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) adalah bagian dari Sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi antar-pemerintah terkemuka yang mempromosikan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan semua. IOM telah hadir di Indonesia sejak 1979.
Tentang
Tentang
IOM Global
IOM Global
-
Kerja kami
Kerja KamiSebagai organisasi antar-pemerintah terkemuka yang mempromosikan migrasi yang manusiawi dan teratur, IOM memainkan peran kunci untuk mendukung pencapaian Agenda 2030 melalui berbagai bidang intervensi yang menghubungkan bantuan kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia, IOM mendukung para migran melalui berbagai kegiatan pemukiman kembali, dukungan dan pelindungan.
Apa yang kami lakukan
Apa yang kami lakukan
Cross-cutting (Global)
Cross-cutting (Global)
- Data dan sumber informasi
- Ambil Aksi
- 2030 Agenda
IOM meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang COVID-19 dan Migrasi Aman melalui inisiatif RCCE
Survei KAP (Pengetahuan, Sikap, dan Praktik) IOM yang dilakukan di Atambua dan Tanjungpinang pada Februari 2022 menunjukkan bahwa rumor dan informasi yang salah menyebabkan rendahnya persepsi akan risiko COVID-19, yang mana hanya 36 dari 180 (20%) responden di Atambua dan 77 dari 191 (40%) responden di Tanjungpinang yang percaya bahwa mereka berisiko terinfeksi COVID-19.Hal ini juga menyebabkan individu melakukan tindakan pencegahan yang salah, termasuk tingkat partisipasi vaksinasi di kedua wilayah tersebut, dimana masyarakat khawatir akan efek samping vaksin dan tidak percaya pada keefektifan vaksin COVID-19. Survei ini juga menemukan bahwa pembatasan terkait COVID-19 juga berdampak pada mobilitas, migrasi, manajemen perbatasan, dan komunitas perbatasan seperti migran dan pelaku perjalanan. Oleh karenanya, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi tetap menjadi hal penting di Pintu-pintu Masuk di Indonesia (POEs). Sistem respon dan promosi mengenai mobilitas manusia yang aman, terjamin, dan inklusif harus terus berlanjut dan menjadi faktor penting dalam mendorong pemulihan dari pandemi.
Oleh karena itu, untuk mendukung Pemerintah Indonesia dalam menekan penyebaran COVID-19 dan memajukan upaya pemulihan sosial ekonomi di wilayahnya, IOM bekerja sama dengan Yayasan Cipta menyelenggarakan kegiatan percontohan Risk Communication and Community Engagement (RCCE) dengan meluncurkan Kegiatan Komunikasi dan Keterlibatan Masyarakat (RCCE).
Inisiatif RCCE yang dilakukan IOM diawali dengan serangkaian pelatihan dan lokakarya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang COVID-19 dan Migrasi Aman untuk 100 Relawan Komunitas di Atambua dan Tanjungpinang yang diselenggarakan pada tanggal 12 – 20 Oktober 2022 silam. Semua Relawan Komunitas dipilih dari masyarakat yang terkena dampak pandemi COVID-19, termasuk pemimpin lokal, tokoh lokal, pemuda, kelompok rentan (penyandang disabilitas dan pekerja migran yang kembali ke Indonesia), dan anggota masyarakat yang memiliki kepedulian yang kuat tentang COVID-19 dan migrasi aman. Keterlibatan Relawan Komunitas ini bertujuan untuk memastikan partisipasi aktif masyarakat lokal, dimana konteks lokal dan masukan/umpan balik masyarakat menjadi hal mendasar untuk memastikan komunikasi dua arah tetap berlangsung.
Siprianus Mali, S.IP, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, saat membuka acara workshop RCCE ini berharap para peer messenger dapat mengambil bagian untuk mendukung pemahaman masyarakat tentang pentingnya vaksinasi dan mematuhi sepenuhnya dengan protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19. Sementara itu, pemerintah daerah akan melakukan sosialisasi kepada masing-masing kepala puskesmas di Belu untuk mendukung kegiatan Peer Messenger.
Siprianus juga menjelaskan bahwa saat ini persentase vaksinasi dosis pertama adalah 91,9%, dosis kedua 76,1% dan dosis ketiga 16,8%. Ia berharap kegiatan yang akan dilakukan Peer Messenger di lapangan dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian angka vaksinasi di Belu, baik dosis 2 maupun 3.
Yeni Larasati, salah satu peer messenger di Tanjung Pinang yang juga mantan pekerja migran Indonesia (PMI) mengatakan, "Sebagai purna pekerja migran dan korban perdagangan orang yang pernah dibantu oleh IOM, saya turut berbangga bisa menjadi bagian dari kegiatan ini. Saya berharap, pengalaman yang saya sampaikan selama kegiatan pelatihan dan lokakarya dapat memberikan sudut pandang baru tentang pentingnya melakukan migrasi secara aman. Saya juga berkomitmen penuh untuk mendukung semua upaya yang dilakukan oleh IOM dan juga rekan dalam mempromosikan migrasi aman dan bahaya dari migrasi non-prosedural".
Pada akhir lokakarya ini, peer messenger juga akan diminta untuk mengikuti serangkaian kegiatan kampanye yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang valid dan dapat diandalkan tentang risiko COVID-19 dan langkah-langkah pencegahannya serta mempromosikan migrasi yang aman dan mengurangi stigma terhadap migran.
Kegiatan kampanye RCCE akan mencakup berbagai aktivitas termasuk kegiatan tatap muka seperti diskusi di level komunitas, bekerja sama dengan stasiun radio lokal untuk menyiarkan talkshow, memproduksi e-poster, dan mengunggah video kampanye pendek ke YouTube, dan media sosial lainnya yang dapat menjangkau khalayak yang lebih luas.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai project, silahkan hubungi Panji Nindia Putra Sudoyo dan Shafira Ayunindya, IOM National Project Officer pada psudoyo@iom.int dan sayunindya@iom.int
Untuk pertanyaan media, silahkan hubungi Ariani Hasanah Soejoeti, IOM National Media and Communications Officer di Indonesia pada asoejoeti@iom.int/08122726308.