Curah hujan dengan intensitas tinggi di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2020 mengakibatkan banjir bandang di seluruh kabupaten tersebut, memaksa 14.000 orang mengungsi dari rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih tinggi.

“Saya sedang memasak di Dapur Umum Kabupaten, dan telepon saya terus berdering. Mereka bercerita bahwa banjir bandang melanda sebagian besar wilayah Luwu Utara,” kata Indah Putri Indriani, Bupati Kabupaten Luwu Utara.

 

“Saya kaget sekali melihat air itu, saya bergegas pulang untuk memeriksa keluarga dan tetangga saya,” kata Sulfa Harbi, Kepala Satuan Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Luwu Utara.

Selain pandemi COVID-19, Kabupaten Luwu Utara harus menghadapi banjir bandang yang menghancurkan rumah, merusak beberapa sawah, serta menutupi jalan utama dengan lumpur dan puing-puing. Hingga 30 April 2021, sekitar 600 orang masih tinggal di tempat penampungan sementara.

Banyak orang tidak hanya kehilangan rumah tetapi juga kehilangan pendapatan.

Indah Putri Indriani, Besse A. Parfangi, dan Sulfa Harbi adalah “tri masketir” di Kabupaten Luwu Utara yang memimpin upaya tanggap, pemulihan, dan rekonstruksi COVID-19 dan banjir bandang di Kabupaten Luwu Utara.

Model peran yang hebat, sosok wanita yang kuat dan tak kenal takut bagi jutaan orang lainnya.

“Upaya kolaboratif sangat penting dalam menangani bencana baik alam maupun buatan, tidak hanya di dalam Kabupaten tetapi juga dengan tingkat regional dan nasional serta masyarakat internasional,” kata Indah Putri Indriani, Bupati Kabupaten Luwu Utara.

“Di bawah kepemimpinan Ibu Indah, kami membentuk gugus tugas untuk penanganan COVID-19 dan banjir bandang. Kemudian segera datang IOM yang mendukung kami dengan pelatihan kunci, alat penilaian Displacement Tracking Matrix (DTM) dan Camp Coordination and Camp Management (CCCM),” kata Besse A. Parfangi, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Luwu Utara.

Bagi Kabupaten Luwu Utara, setiap lapisan masyarakat turut andil dalam mengurangi dampak bencana. Ada kerjasama yang nyata antara pemerintah (daerah, daerah dan nasional), organisasi antar pemerintah, dan lembaga non-pemerintah, seperti swasta, dan LSM. Yang terpenting, peran perempuan dalam upaya tanggap bencana, pemulihan, dan rekonstruksi cukup signifikan dan mereka telah aktif membangun kembali komunitasnya.

“Ketangguhan masyarakat terhadap bencana adalah kunci untuk bertahan dan pulih dari kesulitan dan mengubahnya menjadi peluang. Ini juga menjadi isu kebijakan utama yang sedang dianut oleh Pemkab Luwu Utara,” kata Sulfa Harbi, Kepala Satuan Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Luwu Utara.

“Suami saya tidak bisa lagi bekerja jadi saya harus mendukungnya. Salah satu relawan membantu saya memulihkan mesin jahit saya dari banjir. Bahkan sekarang kami masih tinggal di shelter sementara, saya sudah memulai bengkel ganti pakaian sederhana dengan mesin yang satu ini,” kata Ruth, masyarakat terdampak, Shelter Sementara Jemaat Rama Reda.

“Saya harus cepat beradaptasi saat menghadapi kesulitan dan meraih peluang dengan cepat. Saat IOM mengadakan pelatihan wirausaha, saya termasuk yang pertama mendaftar,” kata Sitti, masyarakat terdampak, Hunian Sementara FMBB.

Ruth dan Sitti termasuk di antara 30 perempuan di penampungan sementara yang menerima pelatihan dari IOM tentang keterampilan kewirausahaan dasar. Melalui pelatihan, peserta diberikan tantangan untuk membuat rencana usaha yang berkelanjutan.

“Setelah pelatihan kewirausahaan, Dinas kami nantinya akan menghubungkan para ibu-ibu ini dengan Dinas Koperasi dan UKM untuk pelatihan lebih lanjut dan bantuan permodalan,” kata Sulfa Harbi, Kepala Satuan Perlindungan dan Jaminan Sosial, Dinas Sosial Kabupaten Luwu Utara.

“Menjadi pemimpin yang kuat dan hebat tidak ada hubungannya dengan gender. Baik laki-laki maupun perempuan bisa menjadi satu bila tidak ada hambatan dari nilai budaya, keyakinan agama, dan asumsi sosial,” kata Indah Putri Indriani, Bupati Kabupaten Luwu Utara.

Rasa syukur dan terima kasih kami sampaikan kepada pihak berwenang dan masyarakat lokal di Kabupaten Luwu Utara yang dukungan dan keterlibatannya memungkinkan IOM mencapai hasil ini. Upaya bantuan COVID-19 dan banjir bandang IOM didukung melalui dana besar dari European Union Civil Protection and Humanitarian Aid (ECHO).